Salah satu alasan dari sekian banyak alasan mengapa saya memilih jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak adalah karena dulu, ketika saya masih SD, saya suka sekali mendengarkan radio. Setiap kali saya mendengarkan suara penyiar yang sedang membawakan acaranya, saya selalu berfikir, mungkin enak kali ya jadi penyiar? Wah, sepertinya jadi penyiar asyik. Bukan hanya radio sebenarnya, televisi juga. Tapi untuk di tv saya justr tertarik menjadi bagian dari orang-orang yang berada di balik layar. Karena itulah kemudian saya merasa jurusan yang saya pilih adalah jurusan yang paling tepat untuk saya mempelajari semuanya.
![]() |
Siaran yuk via |
Perjalanan waktu terus berlanjut. Keinginan itu seperti sekumpulan kalimat yang saya goreskan di dalam sebuah buku harian di mana pada masa yang akan datang saya berharap mimpi-mimpi yang sudah saya tuliskan itu bisa menjadi kenyataan. Ya walaupun tidak semuanya, setidaknya ada satu dari sekian banyak yang bisa saya wujudkan. Dan benar saja, beberapa mimpi-mimpi yang pernah saya ucapkan dalam hati, saya katakana pada diri sendiri didengar dan dikabulkan oleh Allah. Sembari menunggu mimpi-mimpi lainnya terwujud, Allah seolah menuntun saya untuk belajar banyak hal, belajar tentang apa-apa saja yang nantinya bisa saya manfaatkan untuk menyambut mimpi demi mimpi yang insya Allah akan segera terkabulkan.
Lama berlalu akhirnya saya tiba di tempat di mana mimpi saya selanjutkan akan segera saya wujudkan. Saat ini saya sudah memasuki semester 5 perkuliahan. Setelah cukup banyak mendapat materi terkait konsentrasi yang saya ambil, yaitu broadcasting atau penyiaran, tiba saatnya untuk mencoba pengetahuan yang telah saya dapatkan di semester sebelumnya ke beberapa mata kuliah di semester baru yang keliatannya akan lebih banyak praktek, karena semua mata kuliah konsentrasinya berhubungan dengan produksi, baik itu untuk radio maupun televisi.
Meski masih mengira-ngira akan seperti apa saya melalui semester 5 ini, saya merasa sangat bersyukur karena telah diberikan kesempatan untuk berada di dua laboratorium jurusan yang mendukung perkuliahan saya dan teman-teman yang lainnya. Saat ini saya lebih banyak aktif di radio kampus, ya walaupun jarang ikut berisran bersama teman-teman yang lain, saya tetap merasa bersyukur bisa diberi kesempatan belajar tentang radio, dari bagaimana cara menghidupkan semua alat-alat yang diperlukan, mengoperasi peralatan siaran, hingga belajar bagaimana caranya melatih diri akan bisa berbicara dengan nyaman dan santai di depan mic yang sebenarnya tidak begitu menakutkan.
Sebelum berada di radio kampus, saya juga sempat aktif di lab televisi kampus. Namun karena sesuatu dan lain hal, akhirnya saya lebih aktif di radio kampus. Ya mungkin memang sudah jalannya kali ya? Sama seperti ketika di radio, di televisi kampus saya juga belajar tentang hal-hal yang bersifat teknis, seperti bagaiaman menyalakan pemancar, mengoperasikan peralatan pendukung siaran, dan sempat juga belajar bagaimana mengedit video hasil record kawan-kawan yang berada di bagian cameramen. Entah mengapa baik di tv ataupun radio kampus, saya lebih suka berada di balik layar, menjadi seorang operator misalnya.
Ngomong-ngomong soal operator, awal keberadaan saya di radio kampus di mulai dari hal yang satu ini. Ketika itu salah satu teman sekelas saya yang kebetulan juga kru di situ mengijinkan saya unuk bersiaran bersamanya. Awalnya setiap siaran bersamanya saya selalu menjadi penonton setia, melihat bagaimana ia mengendalikan mixer, menyiapkan musik-musik yang akan dimainkan sambil berbicara di depan microfon yang ada di hadapannya. Lama-kelamaan saya iseng untuk belajar semua itu. Beruntung teman saya mau mengajarkannya. Jadilah setiap ia kali ia siaran bersama saya kadang saya yang diminta jadi operator, mengiringi ia berbicara menyapa para pendengar.
Selain diajarkan menjadi seorang operator, saya juga sesekali sempat diajak untuk siaran bersama. Kadang kami siaran berdua, kadang juga siaran bertiga bersama teman saya yang lainnya. Kalau sudah siaran bertiga seperti itu, tak jarang kami jadi suka lupa waktu karena terlalu asyik berbicara dengan lawan siaran. Untung saya itu di radio kampus bukan radio komersial atau radio swasta, jadi kami bebeas untuk berekspresi dan menggali kemampuan yang kami miliki di bidang penyiaran. Itulah sedikit kisah saya tentang bagaimana saya belajar menjadi penyiar di radio kampus, semoga bisa menginspirasi dan tidak kepanjangan.
Semangat bg Baim.. Saya juga sedang belajar siaran di Radio Prokom IAIN Pontianak.. :-D
BalasHapus